Wednesday 31 March 2010

Re : If...you really know how to reach me...

selang 3 hr ManJa post pasal If...you really know how to reach me...one of my best frenz, send an emel as n answer...ManJa tros sedar kekdahnye...

Ak harap hang dapat spend some time to read this.

Wahai hamba Maha Pencipta, mungkin kita pernah merasakan kesunyian mleanda sanubari. Yang ketika hal itu terjadi, kita merasa diri kita ini amat hampa, ada yang seakan hilang entah ke mana atau pergi mengembara jauh ke sana. Hati terasa begitu terseksa sehingga di malam hari pun kita selalu terjaga.

Wahai hamba Maha Pencipta, bila hal itu terjadi tatkala kita merasa tidak seorang pun yang dapat memahami kita, tidak ada tempat untuk berkongsi cerita, berkongsi duka, dan berkongsi rasa. Hidup akan terasa semakin terseksa hingga tak lagi bermakna.

Wahai hamba Maha Pencipta, bila itu yang kita rasakan. Mungkin ada yang selama ini kita lupakan. Bahawa ketika kita sedar dari mimpi dan tertegun dalam kesunyian, di saat itu sebenarnya Allah ada. DIA selalu memantau dan menemani kita dengan kasih sayang yang begitu dalam. DIA akan selalu mengiringi tidur kita yang sepi dan menjaga diri kita yang lemah ini.

Namun, hal itu hanya boleh terjadi bila kita mahu meyakini bahawa Allah itu benar adanya dan tentunya nama-Nya tertera dalam hati kita. Dengan kata lain, kita mahu mengimani dan mencintai-Nya dengan sepenuh jiwa.

Pernahkah kita menyedari hal itu?

Betapa Allah telah memberikan begitu banyak nikmat dan anugerah kepada kita. Allah telah membuat hati yang muram menjadi bersahaja, yang suram menjadi bercahaya, yang lugu menjadi dewasa, dan yang kerdil menjadi raksasa. Sepertinya kita tidak boleh larut dalam kesedihan, kerana boleh jadi Allah menganugerahkan rasa sepi dalam hati kita untuk menguji betapa kuat cinta kita. Sehingga dengan sepi itu kita mampu lebih khusyuk mendekati-Nya.

Wahai hamba Maha Pencipta, di saat seperti itulah, kita harusnya melakukan perenungan yang lebih panjang dan mendalam untuk berkaca dan mengamati apa yang ada di hati kita. Adakalanya hati kita tidak sanggup lagi menahan duka kesepian itu, sehingga jiwa merasa pedih dan sedih. Dan kita terpaksa harus membiarkan air mata mengalir membasahi pipi kita. Bila itu yang terjadi, maka biarkanlah! Berikan kesempatan bagi hati untuk menangis, membebaskan kegelisahannya, mengungkapkan keluh-kesahnya, dan mengeluarkan beban yang begitu berat ditanggungnya.

Namun niatkanlah tangis itu untuk Allah semata, niatkanlah tangis itu untuk mengadu pada-Nya, sebagai tanda bahawa kita sayang dan bergantung pada-Nya. Ingatlah apa yang dikatakan oleh Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, “Allah memberikan kita air dengan hujan dan menebarnya di tujuh samudera, sementara DIA hanya meminta beberapa titis dari air mata kita dan itupun kita masih sahaja enggan memberikannya.”

Wahai hamba Maha Pencipta, tidak ada yang sia-sia dari setiap takdir yang telah Allah tentukan bagi hamba-Nya, selalu ada manfaat dalam ciptaan-Nya, selalu ada kemudahan setelah kesulitan, dan selalu ada balasan setelah perhitungan. Segalanya telah diatur sesuai kadar kemampuannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita mahu bersungguh-sungguh menjadikan semua itu sebagai proses pembelajaran guna meningkatkan potensi diri atau hanya berpangku tangan menunggu keajaiban datang. Jangan mimpi di siang hari, wahai hamba Maha Pencipta!

Wahai hamba Maha Pencipta, ada baiknya kita ucapkan sahaja selamat tinggal duka, pupuskan semua rasa kecewa, angankan kembali cita-cita, besarkan hati dan pertebalkan rasa percaya diri serta bersungguh-sungguh berusaha dan berdoa. Insya-Allah, kejayaan telah menanti. Jadi untuk apa bersedih? Raih kebahagiaanmu sekarang juga!

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang mukmin itu adalah orang yang luar biasa. Seluruh perkara dalam hidupnya bernilai positif baginya. Ketika mendapatkan kemudahan maka dia bersyukur. Sesungguhnya itu baik (positif) baginya. Dan ketika mendapatkan kesulitan maka dia akan bersabar dan itupun baik (positif) baginya.”

Kehilangan, pernahkah kita mencuba mempersiapkan diri untuk sebuah kehilangan? Baik itu barang yang kita miliki atau orang yang kita cintai? Rasanya, hanya sekadar mendengar pun mungkin kita tidak ingin, apalagi sampai mengalaminya. Tetapi kehilangan adalah sebahagian dari kehidupan kita. Tidak mungkin kita tidak mengalaminya. Bagaimana pun cintanya kita pada orang tua, suatu hari nanti mereka akan pergi meninggalkan kita. Bagaimana pun sayangnya kita akan barang yang kita miliki, bukan tidak mungkin jika suatu hari barang tersebut tidak menjadi milik kita lagi.

Sedih rasanya ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, pedih rasanya ditinggalkan mereka yang kita sayangi. Tapi bukankah hidup harus tetap berjalan? Dan bukankah kita tidak pernah benar-benar memiliki sesuatu? Segalanya berasal dari-Nya dan tentu akan kembali pada-Nya pula.

Teringat seorang kawan ketika dia datang dengan berjurai air mata. Orang yang sangat dia cintai pergi untuk selama-lamanya, menghadap Sang Pemilik Jiwa. Katanya dia berduka, sangat berduka, rasanya belum banyak yang dapat dia berikan untuk orang terkasihnya. Tapi memang begitulah hidup, setiap kali ada yang datang, selalu akan ada yang pergi. Mempersiapkan diri lebih awal mungkin akan sangat berguna meskipun kita sangat tidak ingin kehilangan.

Mungkin ada baiknya kita kembali menelaah diri, mengingat suatu hari yang akan datang, bahawa tidak akan selamanya kita bersama dengan orang-orang terkasih, lebih baik kita berbuat yang terbaik untuk mereka, orang tua kita, saudara kita, suami atau isteri kita, anak-anak kita, kerabat, sahabat, dan semua yang kita kenal ataupun yang kita tidak kenal. Jadikan diri kita bermanfaat. Mari kita belajar mencintai tanpa alasan. Kita belajar menyayangi tanpa mengharap balasan. Kita memang mencintai orang tua kita, tapi apakah kita pernah berfikir bahawa kita seringkali membuat mereka tersakiti? Baik tanpa sengaja bahkan disengaja?

Alangkah bahagianya bila kita mampu membuat orang yang kita cintai juga mencintai kita. Alangkah bahagianya bila kita menjadi kebanggaan mereka. Kita ada kerana mereka bangga, kita berharga kerana kita menebar manfaat. Sebelum kita kehilangan, mari beri yang terbaik untuk mereka, orang-orang yang kita cintai dan juga mencintai kita. Marilah berusaha membuat mereka bahagia, marilah berusaha memberi yang terbaik, marilah berusaha memanfaatkan waktu yang kini kita miliki untuk memberi cinta pada mereka, cinta terbaik kita, sebelum kita benar-benar kehilangan.

Awakapakhabar




1 yg bersuara:

Anonymous said...

whoaa...
tertusuk pedih baca 'surat' ni..
rasa nak meleleh air mata..
terima kasih krn berkongsi.

© NeW DaY >>> NeW LiFe... - Template by Blogger Sablonlari - Header image by Deviantart